relaxmody.com – Setiap tahun, tepat sehari setelah Hari Raya Nyepi, masyarakat Banjar Kaja Sesetan di Denpasar, Bali, menggelar sebuah tradisi unik yang dikenal sebagai Omed-Omedan. Tradisi ini melibatkan pemuda-pemudi yang saling berciuman di tengah keramaian, menciptakan pemandangan yang menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara.
Asal-Usul dan Makna
Omed-Omedan, yang secara harfiah berarti “tarik-menarik”, telah menjadi bagian dari budaya lokal sejak abad ke-17. Menurut legenda, tradisi ini bermula dari permainan tarik-menarik antara pemuda dan pemudi yang kemudian berkembang menjadi ritual simbolis untuk mempererat hubungan sosial dan menjaga keharmonisan masyarakat.
Prosesi Acara
Acara dimulai dengan doa bersama dan persembahan kepada leluhur. Setelah itu, pemuda dan pemudi yang belum menikah dibagi menjadi dua kelompok dan saling berhadapan di jalan utama desa. Dengan aba-aba dari pemuka adat, mereka saling mendekat, berpelukan, dan berciuman di tengah sorakan penonton. Pecalang (petugas keamanan adat) kemudian menyiramkan air untuk memisahkan mereka, dan proses ini diulang beberapa kali.
Kontroversi dan Pelestarian
Meskipun sempat mendapat tentangan karena dianggap tidak sesuai dengan norma kesopanan, Omed-Omedan tetap dilestarikan karena dianggap memiliki nilai budaya dan spiritual yang tinggi. Tradisi ini juga menjadi daya tarik wisata yang memperkenalkan kekayaan budaya Bali kepada dunia.
Omed-Omedan bukan sekadar ritual ciuman massal, melainkan simbol kebersamaan, cinta, dan keharmonisan dalam masyarakat Bali. Tradisi ini mencerminkan bagaimana budaya lokal dapat bertahan dan berkembang di tengah arus modernisasi, sekaligus menjadi daya tarik unik bagi para wisatawan.