15 Fakta Menarik tentang Raden Saleh, Pelopor Seni Lukis Modern Indonesia

relaxmody.com – Raden Saleh Sjarif Boestaman, dikenal sebagai pelopor seni lukis modern di Indonesia, adalah seniman keturunan Arab-Jawa yang meninggalkan warisan luar biasa di dunia seni rupa. Karyanya yang memadukan romantisisme Eropa dengan identitas Jawa menginspirasi hingga kini. Berikut adalah 15 fakta menarik tentang kehidupan dan karya Raden Saleh, berdasarkan informasi dari berbagai sumber terpercaya.

1. Kelahiran dan Asal-Usul Bangsawan

Raden Saleh lahir sekitar tahun 1811 di Terboyo, Semarang, Jawa Tengah, dalam keluarga bangsawan Arab-Jawa. Ayahnya, Sayyid Husen bin Alwi bin Awal bin Yahya, adalah keturunan Arab Hadhrami, sedangkan ibunya, Mas Adjeng Zarip Hoesen, berasal dari keluarga ningrat Jawa. Tanggal pasti kelahirannya masih diperdebatkan, dengan beberapa sumber menyebut 1807, 1811, atau 1814, tetapi 1811 dianggap paling akurat berdasarkan catatan sejarah.

2. Bakat Melukis Sejak Kecil

Bakat seni Raden Saleh terlihat sejak usia dini. Saat bersekolah di Volks-School (sekolah rakyat) di Semarang, ia sering menggambar saat pelajaran berlangsung. Guru-gurunya justru kagum dengan hasil karyanya, yang menunjukkan bakat alami dan kepekaan seni yang luar biasa.

3. Pendidikan Awal di Bawah Bimbingan A.A.J. Payen

Pada usia 8 tahun (1819), Raden Saleh mulai belajar melukis di bawah bimbingan pelukis Belgia Antoine Auguste Joseph Payen, yang ditugaskan mendokumentasikan lanskap Jawa. Payen mengenali bakatnya dan mengajarkan teknik melukis dengan cat minyak, terpentin, dan alat-alat Barat lainnya, serta mengajaknya berkeliling Jawa untuk mencari inspirasi.

4. Perjalanan ke Eropa pada 1829

Pada tahun 1829, Raden Saleh berangkat ke Belanda dengan kapal Pieter en Karel atas biaya pemerintah kolonial Hindia Belanda. Selain belajar seni, ia juga ditugaskan mengajarkan adat Jawa, bahasa Jawa, dan Melayu kepada pejabat Belanda, Jean Baptiste de Linge. Ia belajar melukis potret dari Cornelis Kruseman dan lukisan lanskap dari Andreas Schelfhout di Den Haag.

5. Pionir Seni Lukis Modern Indonesia

Raden Saleh diakui sebagai pelukis modern pertama dari Indonesia (saat itu Hindia Belanda). Ia menggabungkan gaya romantisisme Eropa abad ke-19, yang menekankan emosi dan dramatisasi, dengan elemen budaya Jawa, seperti motif batik dan blangkon dalam lukisannya, menciptakan identitas seni yang unik.

6. Hidup di Eropa Selama 20 Tahun

Raden Saleh tinggal di Eropa selama sekitar 20 tahun (1829–1852), menjelajahi Belanda, Jerman, Prancis, dan Aljazair. Ia belajar di berbagai kota, termasuk Dresden, Paris, dan Den Haag, serta menjadi tamu kehormatan Kerajaan Jerman di bawah Duke Ernst I dari Saxe-Coburg-Gotha. Ia juga mengunjungi Aljazair pada 1846, yang menginspirasinya melukis satwa liar seperti singa.

7. Pelukis Istana Kerajaan Belanda

Pada 1844, Raden Saleh menjadi pelukis istana Kerajaan Belanda di bawah Raja Willem II. Ia melukis potret para bangsawan dan pejabat tinggi, termasuk Gubernur Jenderal Hindia Belanda seperti Johannes van den Bosch dan Jean Chrétien Baud. Prestasi ini menunjukkan pengakuan atas keahliannya di kalangan elit Eropa.

8. Lukisan “Penangkapan Pangeran Diponegoro”

Salah satu karya paling terkenal Raden Saleh adalah Penangkapan Pangeran Diponegoro (1857), yang menggambarkan penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Belanda pada 1830. Lukisan ini merupakan respons terhadap lukisan serupa karya Nicolaas Pieneman, dengan menonjolkan semangat nasionalisme dan simpati kepada Diponegoro. Ia menggambarkan pengikut Diponegoro dengan detail budaya Jawa, seperti batik dan blangkon, tanpa senjata, untuk menunjukkan pengkhianatan Belanda. Lukisan ini dipersembahkan kepada Raja Willem III dan kini dipajang di Istana Negara, Jakarta.

9. Pengaruh Romantisisme Eropa

Gaya lukisan Raden Saleh sangat dipengaruhi oleh romantisisme, terutama dari pelukis Prancis Ferdinand Victor Eugène Delacroix. Lukisannya sering menggambarkan adegan dramatis, seperti perkelahian hewan (Berburu Singa) atau pemandangan alam yang megah (Merapi, Eruption by Day dan Eruption by Night), dengan detail realistis dan emosi yang kuat.

10. Koleksi di Museum Dunia

Karya Raden Saleh dihargai di seluruh dunia dan dipamerkan di museum ternama, seperti Rijksmuseum di Amsterdam dan Galeri Nasional Singapura. Lukisan Forest Fire di Galeri Nasional Singapura bahkan memiliki ruang khusus, menegaskan statusnya sebagai seniman kelas dunia. Lukisannya juga terjual dengan harga miliaran rupiah di lelang, seperti Lanskap Jawa: Pemandangan Merbabu dan Merapi di Sotheby’s Singapura.

11. Multitalenta: Lebih dari Sekadar Pelukis

Selain pelukis, Raden Saleh adalah kolektor etnografi, arkeolog, paleontolog, arsitek, dan perancang busana. Pada 1865, ia mengumpulkan fosil dan ratusan benda purbakala selama perjalanan di Jawa. Ia juga merancang rumahnya di Cikini, Jakarta, menyerupai Puri Callenberg di Jerman, dan menghibahkan tanah untuk kebun binatang yang kini menjadi Taman Ismail Marzuki.

12. Kehidupan Pribadi dan Pernikahan

Raden Saleh menikah dua kali. Pertama dengan wanita Eropa kaya, Nona Winkleman, yang memiliki tanah di Weltevreden (Gambir), Jakarta, namun pernikahan ini berakhir dengan perceraian. Pada 1867, ia menikahi Raden Ayu Danudirja, seorang ningrat dari Keraton Yogyakarta, dan pindah ke Bogor, tinggal dekat Kebun Raya Bogor dengan pemandangan Gunung Salak.

13. Hubungan dengan Keluarga Pejuang

Raden Saleh berasal dari keluarga pejuang. Dua sepupunya, Raden Sukur (Raden Panji Adi Negara) dan Arya Natadiningrat, ikut berperang bersama Pangeran Diponegoro melawan Belanda. Mereka ditangkap pada 1825 dan dipenjara di Surabaya. Meski tinggal di Eropa selama Perang Diponegoro, Raden Saleh tetap menunjukkan semangat nasionalisme melalui karyanya.

14. Kontroversi Kematian

Raden Saleh meninggal dunia pada 23 April 1880 di Bogor. Ia sempat mencurigai dirinya diracuni oleh mantan pelayan yang mencuri lukisannya, namun autopsi menunjukkan ia meninggal karena penyumbatan pembuluh darah dekat jantung (stroke). Pemakamannya dihadiri oleh pejabat Belanda, tokoh Jawa, dan ulama, menunjukkan penghormatan luas terhadapnya.

15. Warisan Abadi

Raden Saleh meninggalkan warisan yang tak ternilai bagi seni rupa Indonesia. Ia membuktikan bahwa seorang Jawa dapat bersaing di panggung seni Eropa, bahkan dianggap setara dengan bangsawan. Karyanya terus menginspirasi, seperti dalam film Mencuri Raden Saleh (2022), dan rumahnya di Cikini kini menjadi bagian dari Rumah Sakit PGI Cikini. Ia juga menjadi anggota tertua KITLV (Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies), menegaskan kontribusinya dalam ilmu pengetahuan.

Raden Saleh adalah sosok visioner yang menggabungkan identitas Jawa dengan teknik seni Barat, menciptakan karya-karya yang tidak hanya indah tetapi juga sarat makna nasionalisme. Perjalanannya dari Terboyo ke panggung seni dunia, keberaniannya mengkritik kolonialisme, dan multitalentanya sebagai seniman dan ilmuwan menjadikannya legenda abadi. Karya-karyanya tetap relevan, mengingatkan kita bahwa seni dapat menjadi alat perjuangan dan kebanggaan bangsa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *