Proboscis Monkey, Monyet Berhidung Panjang Ikon Borneo yang Terancam Punah

relaxmody.com – Proboscis monkey, atau bekantan dalam bahasa Indonesia, adalah salah satu primata paling unik di dunia. Dengan hidung panjang yang menjuntai dan perut buncit, monyet ini menjadi simbol keanekaragaman hayati Borneo. Endemik pulau Borneo yang dibagi antara Indonesia, Malaysia, dan Brunei, proboscis monkey hidup di hutan mangrove, rawa, dan tepi sungai. Spesies ini tidak hanya menarik perhatian wisatawan, tetapi juga menjadi fokus utama upaya konservasi karena statusnya yang terancam punah. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam tentang proboscis monkey, mulai dari ciri fisiknya hingga pengaruh budaya dan tantangan pelestariannya.

Bekantan sering disebut sebagai “monyet Belanda” oleh masyarakat lokal karena hidungnya yang mirip dengan karikatur orang Eropa pada masa kolonial. Habitat alaminya yang kaya membuat Borneo menjadi tujuan favorit ekowisata, di mana wisatawan bisa melihat bekantan secara langsung melalui tur sungai. Namun, di balik pesonanya, proboscis monkey menghadapi ancaman serius dari hilangnya habitat dan perburuan. Menurut data terkini, populasi mereka telah menurun lebih dari 50% dalam 40 tahun terakhir. Mari kita telusuri lebih dalam.

Ciri Fisik Proboscis Monkey: Hidung Panjang yang Menjadi Ciri Khas

Proboscis monkey (nama ilmiah: Nasalis larvatus) adalah monyet dari keluarga Colobinae, yang termasuk dalam primata Dunia Lama. Ukuran tubuhnya cukup besar untuk seekor monyet: jantan bisa mencapai panjang tubuh 73-76 cm dengan berat hingga 20 kg, sementara betina lebih kecil dengan panjang 61-64 cm dan berat sekitar 10 kg. Perbedaan ini membuatnya termasuk primata yang menunjukkan dimorfisme seksual jelas.

Ciri paling mencolok adalah hidung panjang jantan, yang bisa mencapai 10 cm dan menjuntai seperti belalai. Hidung ini berfungsi sebagai resonator suara, membuat panggilan mereka lebih keras untuk menarik betina dan mengintimidasi saingan. Betina memiliki hidung lebih kecil dan menghadap ke atas. Warna bulu mereka oranye kemerahan di punggung, abu-abu di lengan dan kaki, dengan perut buncit yang disebabkan oleh sistem pencernaan khusus untuk makanan berserat tinggi. Jari kaki mereka berselaput, memungkinkan berenang dengan lincah.

Bayi bekantan lahir dengan wajah biru yang lucu, yang berubah menjadi abu-abu setelah 2,5 bulan dan krem seperti dewasa setelah 8,5 bulan. Masa hidup mereka mencapai 20 tahun di alam liar dan lebih dari 25 tahun di penangkaran. Fakta menarik: bekantan adalah primata terbaik dalam berenang, bisa menyelam hingga 20 meter dan menyeberangi sungai dengan mudah untuk menghindari predator.

Habitat dan Distribusi Proboscis Monkey di Borneo

Proboscis monkey hanya ditemukan di Borneo, pulau terbesar ketiga di dunia. Mereka mendiami hutan mangrove, rawa gambut, hutan riparian (tepi sungai), dan hutan dataran rendah hingga ketinggian 200 meter. Habitat favorit adalah area dekat air, seperti Sungai Kinabatangan di Sabah (Malaysia) atau Sungai Mahakam di Kalimantan Timur (Indonesia). Di sini, mereka bisa berenang melintasi sungai untuk mencari makanan atau menghindari bahaya.

Distribusi mereka tersebar di tiga negara: sekitar 9.200 individu di Kalimantan (Indonesia), 6.000 di Sabah (Malaysia), kurang dari 1.000 di Sarawak (Malaysia), dan 300 di Brunei. Populasi terbesar ada di Taman Nasional Tanjung Puting dan Danau Sentarum di Indonesia. Bekantan menghabiskan sebagian besar waktu di pohon, tapi sering turun ke tanah untuk makan atau berenang. Mereka menghindari hutan pedalaman karena kurangnya mineral yang dibutuhkan dalam diet mereka.

Fakta unik: bekantan bisa berenang hingga 20 meter di bawah air dan melompat dari pohon dengan percikan besar, membuat mereka dikenal sebagai “monyet perenang terbaik di dunia”.

Pola Makan dan Adaptasi Proboscis Monkey

Diet proboscis monkey didominasi daun muda (folivora) sepanjang tahun, ditambah buah mentah, biji, dan kadang-kadang serangga. Mereka adalah folivora musiman: lebih banyak buah dari Januari hingga Mei, dan daun dari Juni hingga Desember. Sistem pencernaan mereka unik dengan perut berkamar empat yang mengandung bakteri simbiosis untuk mencerna serat tanaman yang keras, mirip dengan sapi.

Adaptasi ini memungkinkan mereka mengonsumsi daun tannin tinggi di mangrove, yang sulit dicerna primata lain. Mereka mengunyah makanan kembali (regurgitasi), memaksimalkan nutrisi. Sehari, mereka menghabiskan 5-6 jam makan, sisanya istirahat atau bepergian. Pola ini membuat mereka bergantung pada habitat dekat air, di mana tanaman mangrove melimpah.

Struktur Sosial dan Perilaku Proboscis Monkey

Proboscis monkey hidup dalam kelompok sosial yang kompleks. Kelompok dasar terdiri dari satu jantan dominan, 2-10 betina, dan anak-anak mereka (total 3-30 individu). Ada juga kelompok jantan bujangan. Struktur ini disebut harem, di mana jantan melindungi betina dan anak-anak dari ancaman.

Perilaku mereka damai, dengan sedikit agresi. Jantan berkomunikasi dengan suara “honk” keras untuk menarik betina atau mengusir saingan. Betina bertanggung jawab mencari makan dan merawat anak. Kelompok sering bergabung membentuk “band” hingga 60 individu saat istirahat malam di tepi sungai.

Bekantan aktif pagi dan sore, tidur di pohon dekat air untuk menghindari predator. Mereka bisa melompat hingga 6 meter antar pohon dan berenang cepat. Fakta menarik: jantan sering “menggoda” dengan menggelengkan kepala dan memamerkan hidung saat kawin.

Reproduksi dan Siklus Hidup Proboscis Monkey

Betina mencapai kematangan seksual pada usia 5 tahun, jantan pada 7 tahun. Musim kawin utama Februari-November, dengan kelahiran puncak Maret-Mei. Gestasi berlangsung 166 hari, menghasilkan satu bayi. Bayi lahir di malam hari di pohon, dengan ibu memakan plasenta untuk nutrisi.

Bayi bergantung pada ibu hingga 7 bulan, mulai makan padat pada 6 minggu. Kelompok membantu merawat bayi, tapi ada risiko infanticide jika jantan baru mengambil alih. Masa hidup rata-rata 20 tahun di alam liar.

Ancaman dan Status Konservasi Proboscis Monkey

Proboscis monkey diklasifikasikan sebagai “Terancam Punah” (Endangered) oleh IUCN Red List sejak 2008. Populasi global sekitar 16.500-20.000 individu, menurun lebih dari 50% dalam 40 tahun karena hilangnya habitat.

Ancaman utama:

  • Deforestasi untuk perkebunan sawit, penebangan, dan pembangunan (hilang 80% habitat mangrove di Borneo).
  • Perburuan untuk daging, obat tradisional Cina (batu bezoar), atau sebagai hama.
  • Fragmentasi habitat akibat jalan dan sungai tercemar.
  • Perubahan iklim yang memperpanjang musim kering dan meningkatkan kebakaran.

Di Indonesia, bekantan dilindungi oleh UU No. 5/1990 dan PP No. 7/1999. Di Malaysia, Undang-Undang Perlindungan Satwa Liar Sabah. CITES mendaftarkannya di Appendix I, melarang perdagangan internasional.

Upaya Konservasi Proboscis Monkey

Upaya konservasi sedang gencar dilakukan. WWF dan IUCN memimpin program seperti pemantauan populasi di Kinabatangan dan Tanjung Puting. Taman nasional seperti Danau Sentarum dan Klias melindungi habitat utama. Program ekowisata di Labuk Bay Sanctuary Sabah melibatkan masyarakat lokal, memberikan pendapatan alternatif dari tur sungai.

Di Indonesia, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) merehabilitasi habitat mangrove dan mendidik masyarakat tentang pentingnya bekantan. Donasi lahan oleh warga untuk restorasi, seperti di Sungai Hitam Kalimantan Timur, menjadi contoh sukses. Penelitian jangka panjang (seperti survei 18 tahun di Klias Peninsula) membantu strategi konservasi.

Anda bisa membantu dengan mendukung ekowisata berkelanjutan, menghindari produk sawit tidak bersertifikat, atau donasi ke WWF.

Fakta Menarik dan Pengaruh Budaya Proboscis Monkey

Bekantan penuh fakta unik: mereka satu-satunya primata yang mengunyah makanan kembali seperti sapi. Hidung jantan bisa membesar saat marah atau kawin. Mereka bisa berenang 20 meter di bawah air dan melompat dari pohon dengan percikan besar.

Budaya Borneo memandang bekantan sebagai simbol keberuntungan dan identitas. Di Kalimantan Selatan, mereka jadi maskot provinsi. Masyarakat Dayak dan Banjar menceritakan legenda bekantan sebagai roh pelindung sungai. Dalam ekowisata, bekantan mendatangkan jutaan wisatawan ke Borneo, mendukung ekonomi lokal melalui tur Kinabatangan atau Tanjung Puting.

Pengaruhnya juga dalam seni: bekantan muncul di mural, suvenir, dan film dokumenter seperti “Borneo: The Ghost of the Orangutan”. Sebagai ikon, mereka mengajak kita menghargai alam Borneo yang rapuh.

Proboscis monkey adalah harta karun Borneo yang harus dilindungi. Dengan ciri unik, perilaku sosial, dan peran ekologis, mereka menjadi indikator kesehatan ekosistem mangrove. Ancaman seperti deforestasi bisa diatasi melalui konservasi bersama pemerintah, LSM, dan masyarakat. Kunjungi Borneo secara bertanggung jawab: ikuti tur etis, hindari sampah plastik, dan dukung produk ramah lingkungan. Dengan begitu, generasi mendatang masih bisa menyaksikan “monyet Belanda” ini berenang di sungai Borneo.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *