relaxmody.com – Festival Naki Sumo, atau dikenal juga sebagai Nakizumo, adalah salah satu tradisi budaya Jepang yang unik dan menarik. Festival ini diadakan setiap tahun di berbagai kuil Shinto di seluruh Jepang, dengan tujuan mendoakan kesehatan dan pertumbuhan bayi. Berbeda dari pertandingan sumo pada umumnya, dalam festival ini, bayi-bayi menjadi pusat perhatian, dan pemenangnya ditentukan oleh siapa yang menangis lebih dulu atau paling keras. Tradisi yang telah berlangsung selama lebih dari 400 tahun ini mencerminkan kepercayaan masyarakat Jepang bahwa tangisan bayi dapat mengusir roh jahat dan menjamin masa depan yang sehat.
Asal-Usul dan Makna Budaya
Festival Naki Sumo berakar pada kepercayaan rakyat Jepang bahwa tangisan bayi yang keras memiliki kekuatan spiritual untuk mengusir roh jahat atau setan. Pepatah Jepang yang terkenal, naku ko wa sodatsu (“bayi yang menangis tumbuh paling cepat”), menjadi inspirasi utama festival ini. Menurut kepercayaan ini, tangisan yang kuat menandakan bahwa bayi akan tumbuh menjadi anak yang sehat dan kuat. Tradisi ini juga terkait erat dengan nilai-nilai Shinto, yang menekankan pentingnya kemurnian dan vitalitas dalam kehidupan.
Festival ini biasanya diadakan pada akhir April atau awal Mei, bertepatan dengan Hari Anak (Children’s Day) pada 5 Mei, yang merupakan bagian dari libur Golden Week di Jepang. Salah satu lokasi paling terkenal untuk festival ini adalah Kuil Sensoji di Asakusa, Tokyo, yang menarik banyak peserta, baik warga lokal maupun turis asing.
Rangkaian Acara Festival
Festival Naki Sumo dimulai dengan ritual Shinto yang dipimpin oleh seorang pendeta untuk mendoakan kesehatan dan pertumbuhan para bayi peserta. Bayi-bayi, yang biasanya berusia antara 6 hingga 18 bulan, mengenakan ikat pinggang sumo seremonial atau topi kabuto buatan tangan yang disediakan oleh kuil. Acara utama berlangsung di ring sumo terbuka, di mana dua bayi diangkat oleh pegulat sumo profesional atau pelajar. Tujuannya adalah membuat bayi menangis, dan bayi yang menangis lebih dulu dinyatakan sebagai pemenang. Jika kedua bayi menangis bersamaan, pemenang ditentukan berdasarkan tangisan yang lebih keras atau lebih lama.
Para pegulat sumo menggunakan berbagai teknik untuk memicu tangisan, seperti menggoyang bayi dengan lembut, membuat ekspresi wajah yang lucu atau menakutkan, atau meneriakkan “Naki! Naki! Naki!” yang berarti “Tangis! Tangis! Tangis!” dalam bahasa Jepang. Jika bayi tetap tidak menangis, wasit atau hakim yang mengenakan topeng tradisional Jepang, seperti topeng tengu (setan burung), akan mendekati bayi untuk menakut-nakuti mereka. Di beberapa lokasi, seperti Kuil Gokoku di Hiroshima, bayi duduk berhadapan di atas bantal sambil wasit mendorong mereka untuk menangis.
Setelah setiap pertandingan, penonton sering meneriakkan banzai raku, yang berarti “panjang umur”, sebagai simbol doa untuk kesehatan dan umur panjang bayi. Di Kuil Sensoji, pegulat sumo akan mengangkat bayi lebih tinggi saat mereka menangis, yang diyakini memperkuat berkah yang diberikan.
Partisipasi dan Popularitas
Festival Naki Sumo gratis dan terbuka untuk umum, tetapi beberapa kuil, seperti Sensoji, memerlukan pendaftaran atau biaya partisipasi sekitar ¥15.000, yang biasanya mencakup suvenir seperti jimat atau hadiah kecil. Karena popularitasnya, beberapa lokasi bahkan menerapkan sistem lotre untuk memilih peserta, dan banyak orang tua dari berbagai penjuru Jepang rela bepergian jauh demi mengikutsertakan anak mereka. Festival ini juga menarik perhatian wisatawan asing, seperti pasangan Jepang-Amerika yang terbang dari New York untuk menghadiri festival di Asakusa pada tahun 2010.
Meskipun festival ini mungkin terlihat aneh bagi orang luar, penyelenggara menekankan bahwa kesejahteraan bayi adalah prioritas utama. Pegulat sumo menangani bayi dengan penuh perhatian dan kelembutan, memastikan mereka tetap aman selama acara berlangsung. Festival ini juga mencerminkan nilai budaya Jepang tentang pentingnya merayakan kesehatan dan vitalitas generasi muda.
Dampak dan Tantangan
Festival Naki Sumo sempat mengalami gangguan akibat pandemi COVID-19, dengan banyak acara pada musim semi 2020 dibatalkan atau ditunda hingga musim gugur. Namun, tradisi ini tetap bertahan dan terus menjadi salah satu acara budaya yang dinantikan di Jepang.
Bagi sebagian orang, festival ini mungkin tampak kontroversial karena melibatkan bayi yang sengaja dibuat menangis. Namun, dalam konteks budaya Jepang, acara ini dipandang sebagai perayaan yang penuh makna dan kehangatan, dengan fokus pada doa untuk masa depan yang cerah bagi anak-anak.
Festival Naki Sumo adalah perpaduan unik antara tradisi Shinto, budaya sumo, dan kepercayaan rakyat Jepang tentang kekuatan tangisan bayi. Dengan sejarah yang kaya dan makna budaya yang mendalam, festival ini tidak hanya menghibur tetapi juga memperkuat ikatan antara tradisi, keluarga, dan harapan untuk generasi mendatang. Bagi mereka yang ingin menyaksikan atau bahkan berpartisipasi, Naki Sumo menawarkan pengalaman yang tak terlupakan, penuh dengan tawa, tangis, dan doa untuk kesehatan dan kebahagiaan.