15 Fakta Menarik tentang Cabai Rawit yang Jarang Diketahui Orang Indonesia

relaxmody.com – Cabai rawit (Capsicum frutescens) adalah “raja pedas” di dapur Nusantara. Kecil-kecil, tapi dampaknya luar biasa. Berikut fakta-fakta seru sekaligus ilmiah tentang si kecil berapi-api ini:

  1. Lebih pedas dari cabai besar Cabai rawit biasanya punya tingkat kepedasan 50.000–175.000 SHU (Scoville Heat Units), sedangkan cabai keriting merah hanya 5.000–30.000 SHU. Ada varietas lokal seperti “cabai rawit setan” yang bahkan tembus 400.000 SHU!
  2. Asli dari Amerika Tengah & Selatan Cabai rawit dibawa ke Indonesia oleh pedagang Portugis dan Spanyol sekitar abad ke-16. Sekarang Indonesia jadi salah satu negara produsen cabai rawit terbesar di dunia.
  3. Indonesia punya ratusan kultivar lokal Contoh terkenal: Rawit Jawa, Domba, Cempling, Bara, Pelita, Jatim 1, dll. Setiap daerah punya rasa dan tingkat pedas yang sedikit berbeda.
  4. Kandungan capsaicin = “obat alami” Capsaicin adalah senyawa yang bikin pedas. Manfaatnya:
    • Meredakan nyeri sendi & otot (digunakan dalam koyo salonpas)
    • Membantu menurunkan berat badan (meningkatkan metabolisme 8–20%)
    • Membunuh sel kanker tertentu (studi lab pada kanker prostat & pankreas)
    • Melancarkan hidung tersumbat (makanya makan sambal saat flu langsung plong)
  5. Cabai rawit lebih kaya vitamin C daripada jeruk 100 gram cabai rawit segar mengandung ± 140–200 mg vitamin C (jeruk hanya 50–70 mg). Bahkan setelah dimasak, masih tersisa banyak.
  6. Bisa jadi pestisida alami Petani tradisional menyemprotkan larutan cabai rawit + bawang putih untuk mengusir kutu & ulat. Capsaicin membuat serangga “terbakar” dari dalam.
  7. Rekor dunia cabai rawit terpedas (sampai 2025) Varietas “Pepper X” (bukan rawit murni, tapi masih sekeluarga) mencapai 2,69 juta SHU. Sedangkan rawit lokal tertajam saat ini adalah “Rawit Naga Merah” dari Jawa Timur (sekitar 500.000 SHU).
  8. Makan pedas bikin endorfin Otak menganggap capsaicin sebagai “ancaman panas”, lalu melepaskan endorfin (hormon bahagia). Makanya banyak orang ketagihan pedas!
  9. Cabai rawit hijau vs merah
    • Hijau = belum matang penuh → lebih tinggi vitamin C, lebih renyah, pedasnya “tajam”
    • Merah = matang sempurna → lebih tinggi vitamin A & antioksidan likopen, pedasnya “nendang pelan tapi lama”
  10. Indonesia konsumsi cabai rawit tertinggi di dunia Rata-rata orang Indonesia makan 2–5 kg cabai per tahun (data 2023–2024). Bandingkan dengan Meksiko hanya 1,5–2 kg.
  11. Harga pernah “gila-gilaan” Tahun 2022–2023, harga cabai rawit sempat tembus Rp 150.000–200.000/kg karena cuaca ekstrem La Niña.
  12. Bisa ditanam di pot atau polybag Tanaman cabai rawit sangat cocok untuk urban farming. Panen pertama bisa dalam 70–90 hari, dan satu tanaman bisa berbuah hingga 200–500 buah sepanjang tahun.
  13. Cabai rawit kering tahan sampai 2 tahun Jika dikeringkan dengan baik (kadar air <10%), bisa disimpan bertahun-tahun tanpa kehilangan pedasnya.
  14. Ada kompetisi makan cabai rawit di Indonesia Rekor nasional (2024): 250 butir cabai rawit dimakan dalam 5 menit oleh peserta dari Medan!
  15. Budaya “ngesambel bareng” hanya ada di Indonesia Di warung makan, lalapan + sambal cabai rawit jadi “penutup” wajib. Di negara lain, cabai biasanya hanya bumbu masak, bukan teman lalapan.

Si kecil cabai rawit ternyata punya segudang cerita — dari sejarah, kesehatan, ekonomi, sampai budaya. Besok kalau makan soto atau mie ayam jangan lupa tambah 10 biji rawit lagi, ya. Pedas itu bukan cuma rasa, tapi warisan bangsa!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *